Belajar Dari Keluarga White

dah lama ga posting..
bulan ini jadi kepingin posting lagi...
yach walaupun karya orang yg tidak saya ketahui asal usulnya..
yang penting bagi saya adalah berbagi hal yang berguna bagi sesama
hehehhe

Aku mengenal keluarga White ketika baru masuk kuliah. Perkenalanku dengan keluarga ini dimulai dari pertemananku dengan Jane White. Ketika Jane memperkenalkan aku dengan keluarganya, aku langsung merasa akrab dan senang berada di tengah-tengah mereka.

Keluargaku terbiasa dengan sikap mencari tahu siapa yang salah dan menghukumnya dengan berlebihan. Ketika melihat ruang tamu berantakan, ibu akan berteriak, "Semua ini pasti perbuatan kamu." Ayah pun demikian, pada saat ia menemukan cacat pada mobilnya, maka ia akan bertanya, "Siapa yang terakhir memakai mobil? Bagaimana mobil ini bisa rusak?" Ia akan terus mengomel dan marah-marah hingga orang yang menyebebkan mobilnya rusak benar-benar merasa tertekan.

Tetapi aku menemukan hal yang berbeda dari keluarga White. Mereka tidak menghukum secara berlebihan dan dengan emosional siapa yang telah berbuat salah. Yang mereka tanamkan adalah memberikan kesempatan untuk memperbaiki dan bertanggung jawab dengan merapihkan apa yang berantakan, memperbaiki yang rusak, dan bertanggung jawab agar tetap ada dalam sukacita.

Keluarga White mempunyai 3 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Ketiga anak perempuan mereka adalah Sarah, Jane, dan Amy. Sarah dan Jane sudah kuliah, sedangkan Amy baru berusia 16 tahun. Seorang anak laki-laki mereka sudah meninggal.

Suatu hari, aku dan ketiga anak perempuan White berjalan-jalan dengan mobil. Amy baru saja memiliki SIM sehingga dengan bangganya ia memamerkan SIM itu kepada kami. Kami berangkat dari Florida ke New York. Mulanya Sarah dan Jane yang mengemudi secara bergantian dan Amy hanya diijinkan mengemudi ketika melalui jalan yang tidak terlalu ramai.

Mungkin karena gugup, di sebuah perempatan dimana mobil dari arah kami seharusnya berhenti, tetapi Amy terus melaju. Akibatnya terjadilah tabrakan yang merenggut nyawa sahabatku Jane. Dengan segenap keberanian aku menelpon keluarga White.

Tak lama berselang, Bapak dan Ibu White tiba di rumah sakit. Mereka memeluk kami bertiga dan menangis. "Kami senang karena kalian selamat," kata mereka sambil menghapus air mata dari pipi kedua putri mereka yang masih hidup. aku heran, mereka tidak memarahi Amy atau membahas penyebab kecelakaan itu. Sebaliknya, mereka berusaha membuat Amy tersenyum. Karena tidak tahan, aku bertanya mengapa mereka tidak menyinggung soal keteledoran Amy.

"Kami sedih Jane meninggal, apa pun yang kami lakukan tidak akan menghidupkannya lagi. Tapi masa depan Amy masih panjang, kami mau ia melaluinya tanpa rasa bersalah," jawab Bapak dan Ibu White.

Aku belajar dari keluarga White bahwa sifat menghakimi yang berlebihan tidaklah penting, tapi berikanlah kesempatan untuk memperbaiki dirinya.

Warning
ini bukan hasil karya saya..
saya hanya ingin berbagi apa yg telah saya simpan dinotepad saya
jika ada yang ingin mengkopas silahkan saja, tanpa perlu membuat asalnya dari blog ini,
kepada pemilik aslinya, jika kebetulan anda lewat disini, mohon maaf dan beri saya tahu agar saya bisa mengeditnya kembali
terima kasih atas pengertiannya.

0 comments:



Post a Comment